Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Sahabat
Al-Faqirah…
Didalam artikel saya akan membagikan isi artikel yang berjudul "Etika
Komunikasi Dalam Berdakwah". Dan saat kita berdakwah tentu saja
kita membutuhkan komunikasi dengan baik.
Komunikasi dalam Islam dinilai penting, karena adanya kewajiban
berdakwah kepada setiap orang-orang yang beriman sehingga nilai-nilai Al-Qur’an
dan haditsnya harus selalu dikomunikasikan kepada orang lain, khususnya
keluarga guna menghindari siksaan api neraka. Komunikasi
sangat berpengaruh terhadap kelanjutan hidup manusia, baik manusia sebagai
hamba, anggota masyarakat, anggota keluarga dan manusia sebagai satu kesatuan
yang universal. Seluruh kehidupan manusia tidak bisa lepas dari komunikasi.
Kaidah, prinsip atau etika
komunikasi Islam ini merupakan panduan bagi kaum Muslim dalam melakukan
komunikasi, baik dalam komunikasi intrapersonal, interpersonal dalam pergaulan
sehari hari, berdakwah secara lisan dan tulisan, maupun dalam aktivitas lain.
Dalam berbagai literatur tentang komunikasi Islam kita dapat menemukan
setidaknya enam jenis gaya bicara atau pembicaraan (qaulan) yang dikategorikan
sebagai kaidah, prinsip, atau etika komunikasi Islam, yakni sebagai berikut :
1. Qaulan Sadida
“Dan hendaklah takut kepada
Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang
lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu
hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan Qaulan
Sadida perkataan yang benar” (QS. An-Nisa 9)
Al-Qasyani berkata bahwa sadad dalam dalam
pembicaraan berarti berkata dengan kejujuran dan dengan kebenaran dari situlah
terletak unsur segala kebahagiaan, dan pangkal dari segala kesempurnaan; karena
yang demikian itu berasal dari kemurnian hati.Dalam
lisanul A’rab Ibnu Manzur berkata bahwa kata sadied yang dihubungkan dengan
qaul (perkataan) mengandung arti sebagai sasaran.
Dari beberapa pengertian yang
telah dikemukakan diatas,dapatlah dikatakan bahwa yang dihubungkan dengan
kegiatan penyampaian pesan dakwah adalah model dari pendekatan bahasa dakwah
yang bernuansa persuasif. Moh. Natsir dalam Fiqhud
dakwahnya mengatakan bahwa, Qaulan Sadida adalah perkataan lurus
(tidak berbeli-belit), kata yang benar,keluar dari hati yang suci bersih, dan
diucapkan dengan cara demikian rupa, sehingga tepat mengenai sasaran yang
dituju yakni sehingga panggilan dapat sampai mengetuk pintu akal dan hati
mereka yang di hadapi.
Dari segi substansi, komunikasi
Islam harus menginformasikan atau menyampaikan kebenaran, faktual, hal yang
benar saja, jujur, tidak berbohong, juga tidak merekayasa atau memanipulasi
fakta. Dari segi redaksi, komunikasi Islam harus menggunakan kata-kata yang
baik dan benar, baku, sesuai kadiah bahasa yang berlaku. Dari segi redaksi,
komunikasi Islam harus menggunakan kata-kata yang baik dan benar, baku, sesuai
kadiah bahasa yang berlaku.
2. Qaulan Baligha (Perkataan Yang Membekas Pada Jiwa)
Ungkapan qaulan baligha terdapat pada surah an-Nisa
ayat 63 “Mereka
itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang di dalam hati
mereka.karena itu berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka pelajaran,
dan katakanlah kepada mereka Qaulan Baligha –perkataan yang berbekas pada jiwa
mereka.“ (QS An-Nissa :63).
Pengertian qaulan baligha menjadi dua, qaulan baligha terjadi
bila da’i (komunikator) menyesuaian pembicaraannya dengan sifat-sifat khalayak
yang dihadapinya. Kedua,qaulan baligha terjadi bila komunikator menyentuh khalayaknya pada hati dan
otaknya sekaligus.
Jika dicermati pengertian qaulan baligha yang diungkapkan maka dapat
disimpulkan bahwa kata Qaulan Baligha artinya menggunakan kata-kata
yang efektif, tepat sasaran, komunikatif, mudah dimengerti, langsung ke pokok
masalah (straight to the point), dan tidak berbelit-belit atau
bertele-tele. Agar komunikasi tepat sasaran, gaya bicara dan pesan yang
disampaikan hendaklah disesuaikan dengan kadar intelektualitas komunikan dan
menggunakan bahasa yang dimengerti oleh mereka.
“Berbicaralah
kepada manusia sesuai dengan kadar akal (intelektualitas) mereka”(H.R.
Muslim).
”Tidak
kami utus seorang rasul kecuali ia harus menjelaskan dengann bahasa kaumnya”(QS.Ibrahim:4)
3. Qaulan Ma’rufa (Perkataan Yang Baik)
Qaulan Ma’rufa juga bermakna pembicaraan yang bermanfaat dan menimbulkan kebaikan
(maslahat). Sebagai muslim yang beriman,perkataan kita harus terjaga dari
perkataan yang sia-sia, apapun yang kita ucapkan harus selalu mengandung
nasehat, menyejukkan hati bagi orang yang mendengarnya. Jangan sampai kita
hanya mencari-cari kejelekan orang lain, yang hanya bisa mengkritik atau
mencari kesalahan orang lain, memfitnah dan menghasut.
“Qulan Ma’rufa perkataan yang
baik– dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu
yang menyakitkan (perasaan si penerima).Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun.” (QS. Al-Baqarah: 263).
4. Qaulan Karima (Perkataan Yang Mulia)
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah
selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada kedua orangtuamu dengan
sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua duanya sampai
berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, sekali kali janganlah kamu mengatakan
kepada kedanya perkatan ‘ah’ dan kamu janganlah membentak mereka dan ucapkanlah
kepada mereka Qaulan Karima –ucapan yang mulia” (QS. Al-Isra: 23).
Dakwah dengan qaulan karima adalah orang yang telah lanjut
usia,pendekatan yang digunakan adalah dengan perkataan yang mulia, santun penuh
penghormatan dan penghargaan tidak menggurui tidak perlu retorika yang
meledak-ledak. Term qaulan karima terdapat dalam surat al-isra ayat 23
Dalam konteks jurnalistik dan penyiaran, Qaulan Karima bermakna menggunakan kata-kata
yang santun, tidak kasar, tidak vulgar, dan menghindari “bad taste”, seperti
jijik, muak, ngeri, dan sadis.
5. Qaulan Layyinan (Perkataan Yang Lembut)
Term qaulan layyinan tardapat dalam surah Thaha ayat
43-44 secara harfiah berarti komunikasi yang lemah lembut (layyin).
“Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan Qulan Layina kata-kata
yang lemah-lembut…” (QS. Thaha: 44).
Dari
ayat tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Qaulan Layina berarti pembicaraan yang lemah-lembut, dengan suara yang enak
didengar, dan penuh keramahan, sehingga dapat menyentuh hati maksudnya tidak
mengeraskan suara, seperti membentak, meninggikan suara. Siapapun
tidak suka bila berbicara dengan orang-orang yang kasar. Rasullulah selalu
bertuturkata dengan lemah lembut, hingga setiap kata yang beliau ucapkan sangat
menyentuh hati siapapun yang mendengarnya.Dalam Tafsir Ibnu Katsir disebutkan, yang dimaksud layina ialah kata kata sindiran, bukan
dengan kata kata terus terang atau lugas, apalagi kasar.
Dengan demikian, dalam
komunikasi Islam, semaksimal mungkin dihindari kata-kata kasar dan suara
(intonasi) yang bernada keras dan tinggi. Allah melarang bersikap keras dan kasar
dalam berdakwah, karena kekerasan akan mengakibatkan dakwah tidak akan berhasil
malah ummat akan menjauh. Dalam berdoa pun Allah memerintahkan agar kita
memohon dengan lemah lembut.
“Berdoalah
kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lemah lembut, sungguh Allah
tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas,” (QS. Al A’raf ayat 55)
6. Qaulan Maisura (Perkataan Yang Ringan)
”Dan jika kamu berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari Tuhannya yang
kamu harapkan, maka katakanlah kepada mereka Qaulan Maysura ucapan yang mudah” (QS. Al-Isra: 28).
Dakwah dengan qaulan maisura yang artinya pesan yang disampaikan itu sederhana, mudah dimengerti dan dapat dipahami secara spontan tanpa harus berpikir dua kali. Pesan dakwah model ini tidak memerlukan dalil naqli maupun argument-argumen logika.
Sahabat Al-faqiroh, semoga
pembahasan isi artikel ini bermanfaat bagi kita semua, Allahumaa Amiin...
Tetap semangat share ilmu di dunia nyata
ataupun dunia maya dan tetap berdakwah, tentunya dengan memohon pertolongan
Allah dan berhias dengan keikhlasan.
Al-Faqiroh Albanjary
EmoticonEmoticon